Agama Islam masuk ke wilayah Indonesia dibawa oleh para pedagang dari
Arab dan Gujarat. Mula-mula Islam dikenal dan berkembang di daerah
Sumatra Utara, tepatnya di Pasai dan Peurlak. Dari daerah tersebut,
Agama Islam terus menyebar ke hampir seluruh wilayah Nusantara. Agama
Islam dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat Indonesia waktu itu.
Agama Islam dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat Indonesia antara lain karena:
- Syarat-syarat untuk masuk Islam tidak sulit. Untuk masuk Islam seseorang cukup mengucapkan dua kalimat syahadat.
- Peran ulama, kyai, dan para pendakwah giat melakukan siar agama. Banyak tokoh penyebar agama Islam menggunakan sarana budaya setempat. Misalnya, beberapa wali di Pulau Jawa menggunakan sarana wayang untuk sarana dakwah.
Berikut ini tokoh-tokoh penyebaran agama Islam di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi.
Tokoh-tokoh Sejarah Islam di Sumatera
Di Sumatra pernah berdiri kerajaan-kerajaan Islam, yaitu Samudra Pasai dan Kerajaan Aceh. Beberapa tokohnya sebagai berikut.
Makam Sultan Malik Al-Saleh |
Sultan Malik Al-Saleh adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Samudera
Pasai. Sebelum menjadi raja beliau bergelar Merah Sile atau Merah Selu.
Beliau adalah putera Merah Gajah. Diceritakan Merah Selu mengembara dari
satu tempat ke tempat lain. Akhirnya, beliau berhasil diangkat menjadi
raja di suatu daerah, yaitu Samudra Pasai.
Merah Selu masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang
Syarif Mekah. Setelah masuk Islam, Merah Selu diberi gelar Sultan Malik
Al-Saleh atau Sultan Malikus Saleh. Sultan Malik Al-Saleh wafat pada
tahun 1297 M.
Sultan Ahmad adalah sultan Samudera Pasai yang ketiga. Beliau bergelar Sultan Malik Al-Tahir II. Pada masa pemerintahan beliau, Samudera Pasai dikunjungi oleh seorang ulama Maroko, yaitu Ibnu Battutah. Ulama ini mendapat tugas dari Sultan Delhi, India untuk berkunjung ke Cina. Dalam perjalanan ke Cina Ibnu Battutah singgah di Samudera Pasai.
Ibnu Battutah menceritakan bahwa Sultan Ahmad sangat memperhatikan
perkembangan Islam. Sultan Ahmad selalu berusaha menyebarkan Islam ke
wilayah-wilayah yang berdekatan dengan Samudera Pasai. Beliau juga
memperhatikan kemajuan kerajaannya.
Sultan Alauddin Riyat Syah adalah sultan Aceh ketiga. Beliau memerintah
tahun 1538-1571. Sultan Alauddin Riyat Syah meletakan dasardasar
kebesaran Kesultanan Aceh. Untuk menghadapi ancaman Portugis, beliau
menjalin kerja sama dengan Kerajaan Turki Usmani dan kerajaankerajaan
Islam lainnya. Dengan bantuan Kerajaan Turki Usmani, Aceh dapat
membangun angkatan perang yang baik.
Sultan Alauddin Riyat Syah mendatangkan ulama-ulama dari India dan
Persia. Ulama-ulama tersebut mengajarkan agama Islam di Kesultanan Aceh.
Selain itu, beliau juga mengirim pendakwah-pendakwah masuk ke pedalaman
Sumatera, mendirikan pusat Islam di Ulakan, dan membawa ajaran Islam ke
Minang Kabau dan Indrapura. Sultan Alauddin Riyat Syah wafat pada
tanggal 28 September 1571.
Masjid Baiturrahman |
Sultan Iskandar Muda adalah sultan Aceh yang ke-12. Beliau memerintah
tahun 1606-1637. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh
mengalami puncak kemakmuran dan kejayaan. Aceh memperluas wilayahnya ke
selatan dan memperoleh kemajuan ekonomi melalui perdagangan di pesisir
Sumatera Barat sampai Indrapura. Aceh meneruskan perlawanan terhadap
Portugis dan Johor untuk merebut Selat Malaka.
Sultan Iskandar Muda menaruh perhatian dalam bidang agama. Beliau
mendirikan sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid Baiturrahman. Beliau
juga mendirikan pusat pendidikan Islam atau dayah. Pada masa inilah, di
Aceh hidup seorang ulama yang sangat terkenal, yaitu Hamzah Fansuri.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, disusun sistem
perundang-undangan yang disebut Adat Mahkota Alam. Sultan Iskandar Muda
juga menerapkan hukum Islam dengan tegas. Bahkan beliau menghukum rajam
puteranya sendiri. Ketika dicegah melakukan hal tersebut, beliau
mengatakan, “Mati anak ada makamnya, mati hukum ke mana lagi akan dicari
keadilan.” Setelah beliau wafat, Aceh mengalami kemunduran.
Tokoh-tokoh Sejarah Islam di Jawa
Di pulau Jawa terdapat sembilan ulama pelopor dan pejuang pengembangan
Islam. Mereka adalah Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan
Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan
Gunung Jati. Mereka lebih populer dengan sebutan Wali Songo, yaitu:
- Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
- Sunan Ampel (Raden Rahmat)
- Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)
- Sunan Giri (Raden Paku)
- Sunan Drajat (Syarifuddin)
- Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid)
- Sunan Kudus (Ja’far Sadiq)
- Sunan Muria (Raden Umar Said)
- Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Penjelasan lebih lengkap sejarah Wali Songo dapat anda lihat di Wali Songo Tokoh Sejarah Islam di Jawa
Tokoh-tokoh Sejarah Islam di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku
Perkembangan Islam di wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku juga
terjadi melalui jalur perdagangan. Perkembangan Islam di daerah ini
semakin cepat karena peran putra-putra daerah ini menuntut ilmu agama
Islam ke Jawa. Ketika pulang mereka menjadi ulama yang menyebarkan agama
di daerahnya. Perkembangan Islam di wilayah ini ditandai dengan
berdirinya kerajaan Islam seperti Kesultanan Kutai Kertanegara, Ternate,
dan Kerajaan Gowa-Tallo. Beberapa tokoh dari sejarah perkembangan Islam
di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku antara lain sebagai berikut.
Ada tiga mubalik asal Minangkabau yang merintis penyebaran Islam di
Sulawesi Selatan. Mereka adalah Dato ri Bandang (Abdul Makmur Khatib
Tunggal), Dato ri Patimang (Sulaiman Khatib Sulung), dan Dato ri Tiro
(Jawad Khatib Bungsu). Dato ri Bandang bersama dengan Dato Suleman
datang ke Kerajaan Gowa-Tallo untuk menyiarkan agama Islam. Mereka
berdua dengan giat mengenalkan agama Islam dan seluk-beluknya kepada
masyarakat setempat. Lambat laun, banyak masyarakat yang tertarik
memeluk agama Islam. Setelah masuk Islam Sultan Gowa tersebut bergelar
Sultan Alauddin.
Komplek Raja-raja Gowa di Makasar |
Sultan Alauddin adalah raja Gowa ke-14. Beliau adalah raja Gowa pertama
yang memeluk agama Islam. Beliau masuk Islam bersamaan dengan raja
Tallo. Raja Tallo tersebut sekaligus menjadi Mangkubumi Kerajaan Gowa.
Setelah masuk Islam, raja Tallo itu dinamai Sultan Abdullah Awwal
al-Islam.
SetelahSultan Alauddin dan Mangkubuminya Sultan Abdullah Awwal al-Islam
masuk Islam, berangsur-angsur rakyat Gowa-Tallo juga di-islamkan. Sultan
Alauddin juga berusaha menyebarkan Islam ke kerajaan tetangganya.
Kerajaan-kerajaan yang berhasil di-islam-kan antara lain Kerajaan
Soppeng (1607), Wajo (1610), dan Bone (1611). Beliau masih melanjutkan
penyebaran Islam ke Buton, Dompu (Sumbawa), dan Kengkelu (Tambora,
Sumbawa).
Kesultanan Kutai Kertanegara |
Tuan Tunggang Parangan adalah ulama yang menyebarkan agama Islam di
Kerajaan Kutai Kertanegara di Kalimantan Timur. Awalnya di kerajaan ini
ada dua ulama yang melakukan siar agama Islam yaitu Tuan Tunggang
Parangan dan Dato ri Bandang. Namun setelah beberapa lama, Dato ri
Bandang kembali ke Makasar (Kerajaan Gowa- Tallo) melanjutkan siar yang
telah beliau rintis di sana. Tuan Tunggang Parangan tetap tinggal di
Kutai.
Berkat ajaran Tuan Tunggang Parangan, Raja Aji Mahkota memeluk Islam.
Hal itu diikuti oleh putranya, Ai Di Langgar, yang menggantikan
kedudukannya. Keislaman Raja Mahkota diikuti juga oleh pangeran,
hulubalang, dan seluruh rakyat Kutai. Penduduk yang enggan masuk Islam
semakin terdesak masuk ke pedalaman.
Kerajaan Kutai Kertanegara berganti nama menjadi Kesultanan Kutai
Kertanegara. Ajaran Islam berkembang pesat di kesultanan ini. Raja
memberlakukan undang-undang kesultanan yang berpedoman pada ajaran
Islam.
Kesultanan Ternate di Maluku Utara |
0 comments:
Posting Komentar